About

Egik Yojana. I love My Mom. Mom, you are my everything. Love Mom more than everything. Ibu = Malaikat Dunia dan Akhirat :)

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 29 April 2013

Jerit Sesal Di Ujung Senja


“Ibu.. Ibu di mana? Ini sudah senja bu.. Ibu di mana?” jeritku lelaki remaja manja yang menunggu kehadiran ibu di pojok gubuk tua nan reyot ini. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi ibu belum juga datang dari mencari nafkah. Sedari tadi, aku hanya duduk terpaku mendengar gerak jarum jam yang berdetak penuh resah. Seperti apa yang kurasakan saat ini. Ingin sekali aku bertemu ibu. Aku ingin minta maaf, tadi pagi aku sempat pergi keluar rumah tanpa sepengetahuan ibu. Aku menyesal, aku tidak mau melihat ibu yang terakhir kalinya tanpa senyum. Astaghfirullahhal’adzim.. kenapa aku berfikir seburuk ini. Aku harus tenang.
            
Adzan maghrib sudah berkumandang. Shalat dulu, agar jiwa ini sedikit lega. Akan kusisipkan doa untuk ibu tersayang. Ibu, cepat pulang!
            Selesai shalat maghrib, aku menuju ruang depan. Masih resah menunggu bunda tersayang. Ibu masih belum datang. Ibu di mana? Elok nian senyum sang rembulan masih setia menemaniku menanti kehadiran bidadari di dunia. Bunda. Sudah hampir 45 menit aku duduk di sini. Tapi, ibu tetap belum datang. Tuhan, jaga dia di sana.. Sayangi beliau Tuhan seperti beliau menyayangi saya selama hidup ini. Amiin J
          

Senin, 15 April 2013

3 KEBOHONGAN IBU SELAMA DI DUNIA


Ibu. Sosok yang tak asing lagi bagi kita. Di sini, saya akan mengulas 5 kebohongan ibu di dunia. Mungkin sebagian besar dari anda tidak begitu percaya jika ibu pernah berbohong kepada kita. Sebenarnya semua kebohongan ibu juga untuk kebaikan kita. Beberapa kebohongan ibu, diantaranya :
  1.      Saat memilih antara hidup dan mati.

Di sebuah rumah sakit, terdengar suara jerit kesakitan dari seorang ibu yang hendak melahirkan. Ayah / suami dari wanita tersebut, serta kedua anaknya terlihat kebingungan dikarenakan dokter berkata bahwa hanya akan ada satu yang harus selamat. Dan mereka harus memilih antara ibu dan bayi di dalam perut tersebut. Karena mereka kebingungan, maka si dokter terpaksa menanyakan hal ini pada sang ibu. Tak terduga, jawaban dari ibu tersebut adalah “selamatkanlah jiwa anakku, dokter. Biarkan saya saja yang beranjak terlebih dahulu” sebenarnya, dalam benak hatinya si ibu sangat ingin dan berharap dalam bisa mengasuh darah dagingnya. Tapi, apa daya inilah perjuangan seorang ibu pada anaknya. è kebohongan ibu yang pertama.

2.   Saat makan malam.

Suatu malam, seorang anak makan malam bersama keluargnya. Ayah, ibu, adik, dan kakaknya. Dikarenakan masakan ibu malam itu sangat spesial dan lezat, anak itu selalu merasa kurang dan selalu ingin memakannnya lagi dan lagi. Saat semua telah selesai makan, anak itu dan ibunya belum selesai makan. Semua sudah meninggalkan meja makan namun anak tersebut dan ibunya masih bertahan di sana. Di meja masih ada 1 potong ikan tuna, dan dia ingin sekali makan itu namun ibu belum sempat merasakannya. Si anak berkata “bu, aku pengen tuna itu. Boleh kumakan?” ibu dengan sabarnya menjawab “makan saja, nak. Ibu sudah kenyang” è kebohongan ibu yang kedua.

3.     Saat tidur.

Malam itu dingin. Dinginnya sampai menusuk tulang. Walaupun sudah menggunakan selimut tebal, seorang anak masih sibuk menghangatkan tubuhnya. Ibunya yang melihat si anak sibuk dengan sendirinya, merasa tidak tega. Saat si anak sudah mulai memejamkan mata dan melangkah menuju alam mimpi, ibunya juga beranjak menuju tempat tidur si anak tersebut. Di ambilnya selimut yang sejak tadi melilit di tubuhnya sebagai pengumpul kehangatan. Diletakkannya di atas selimut si anak tadi. Jadi si anak menggunakan dua selimut. Anak tersebut terbangun dari tidurnya dan bertanya “lho kok buat aku, ibu gimana? Nggak dingin?” dengan penuh perhatian menahan dingin yang mendalam, si ibu menjawab “pakai saja, nak. Ibu sudah merasa hangat” è kebohongan ibu yang ketiga.

Sebenarnya, masih banyak kebohongan ibu di dunia. Dan kebohongan itu adalah untuk kebaikan anaknya semata. Tapi, hanya ini yang dapat saya temukan. Semoga artikel ini dapat berguna bagi anda maupun saya sendiri. 

Senin, 08 April 2013

Perhatian Ibu Lebih Dari Perhatian Dia


Perhatian ibu lebih besar daripada perhatian dia. Itulah materi yang saya junjung kali ini. Saya mendapat inspirasi dari hal ini dari ibu saya sendiri. Dan cerita yang saya junjung kali ini adalah cerita yang benar – benar saya alami. Memang benar, perhatian yang dicurahkan dia (pujaan hati saya) masih jauh dari kategori perhatian ibu saya. Dan mulai saat itu, saya mulai paham, yang paling mengerti dan memahami saya bukanlah sahabat, teman, kekasih, bahkan musuh. Yang benar – benar paham tentang saya hanyalah ibu. Bahkan ibu mengerti hal tentang saya yang saya tidak pernah pahami.
            Sore itu, saya pulang agak larut karena ada ekstrakulikuler. Dan kejamnya lagi, saat saya turun dari bus keadaan sudah hujan deras. Tapi, saya belum sampai rumah. Saya masih sampai pasar dan untuk sampai rumah saya harus dijemput di pasar tersebut. Keadaan sore itu mistis. Hujan deras, langit gelap, ditambah suara petir yang sambar – menyambar. Untungnya, saat menunggu jemputan saya tidak sendiri. Banyak orang yang berteduh dari terpaan angin sore yang harusnya lembut menyapa menjadi garang penuh amarah.
            Sesampainya di rumah, saya segera mandi dan bersiap shalat maghrib. Saya belajar ditemani sosok wanita yang telah menemani saya hingga 14 tahun berada di dunia. Wanita itu akrab kusapa Mama. Wanita yang terlamapu sering menjawab pertanyaan dan kata – kata yang tak pernah henti tersirat dari mulut ini. Wanita yang terlampau sering mengelus lembut rambut dengan curahan do’a manis. Hanya Mama yang terlampau sering melakukan hal itu. Tak tertandingi.
            Hanya Mama yang paling setia mendengarkan segala curahan hati saya. Hanya Mama yang mampu menuntun saya keluar dari sebuah kegelapan masalah. Pertamanya saya bercerita tentang ‘ alergi ‘. Dan saya berkata “alergi itu yang gimana to, ma?” kudengar lantunan kata terurai lembut dari bibir manisnya dan berkata “alergi itu waktu kulitmu semua jadi merah”. “gatal nggak, ma?” pertanyaanku masih berlanjut. “ya, mana mama tau kan mama nggak pernah ngrasain. Harusnya kamu yang tau, soalnya yang pernah ngrasain itu kamu” jawab mama sabar. Aku kaget, “lho aku pernah alergi to, ma? Kapan? Alergi apa?” pertanyaanku kunjung memuncak. Mama tertawa kecil sambil menjawab “pernah. Dulu waktu masih kecil alergi sama antibiotik”. “masih kecil? Sama adek kecilan siapa?” mama menjawab “masih kecilan kamu, mata kamu waktu alergi itu merah dan semua kulitmu juga merah. Makanya, sekarang kalau ke dokter mama selalu pesen nggak usah pakai antibiotik” mama njawabnya sabar banget. J
            Saya salut, pengen nangsi rasanya. Mama hebat, paham banget tentang saya dan saya tidak terlalu paham tentang Mama. Mama hebat, mama tahu hal tentang saya yang saya sama sekali tidka paham. I LOVE YOU, MOM !!